Regulasi dan Hukum yang Mengatur Penggunaan Bahan Kimia

Regulasi dan Hukum yang Mengatur Penggunaan Bahan Kimia

Regulasi dan hukum di Indonesia yang mengatur penggunaan bahan kimia dirancang untuk melindungi pekerja dan lingkungan dari risiko yang mungkin terjadi. Berikut ini rincian lebih lanjut tentang regulasi tersebut:

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Peraturan ini mencakup aspek-aspek seperti identifikasi, penilaian, dan kontrol bahan berbahaya dan beracun (B3), serta pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pengelolaan B3. Dalam konteks ini, B3 adalah bahan yang memiliki sifat korosif, racun, reaktif, mudah terbakar, dan/atau meledak, serta dapat membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan. Untuk melindungi pekerja dan lingkungan, peraturan ini mensyaratkan bahwa B3 harus ditangani, disimpan, dan dibuang dengan cara yang aman dan sesuai.

Regulasi dan Hukum yang Mengatur Penggunaan Bahan Kimia
Regulasi dan Hukum yang Mengatur Penggunaan Bahan Kimia

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik

Peraturan ini merupakan pedoman tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dan mencakup segala aspek yang berhubungan dengan produksi dan kontrol kualitas obat. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua obat yang diproduksi memiliki kualitas yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Peraturan ini mencakup penggunaan bahan kimia dalam pembuatan obat, termasuk cara penyimpanan, pengemasan, penanganan, dan pembuangan bahan kimia tersebut.

Konvensi ILO No. 170 tentang Keselamatan dalam Penggunaan Bahan Kimia di Tempat Kerja

Konvensi ini adalah bagian dari hukum internasional dan telah diratifikasi oleh Indonesia. Tujuan konvensi ini adalah untuk mencegah dan mengendalikan risiko bagi pekerja dan lingkungan yang timbul dari penggunaan bahan kimia di tempat kerja. Konvensi ini menekankan pentingnya informasi tentang bahan kimia yang digunakan di tempat kerja, termasuk penyediaan lembar data keselamatan (SDS), pelabelan yang tepat, dan pelatihan yang memadai untuk pekerja.

Seluruh regulasi dan hukum ini bekerja sama untuk menciptakan kerangka kerja yang melindungi pekerja dan lingkungan dari risiko yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia. Mereka menetapkan standar untuk penanganan, penyimpanan, dan pembuangan bahan kimia dengan aman, serta melibatkan ketentuan untuk pelabelan bahan kimia, penyediaan lembar data keselamatan (SDS), dan pelatihan pekerja dalam keselamatan bahan kimia.

Standar Sukarela dalam Penggunaan Bahan Kimia

Standar sukarela ini tidak secara khusus ditujukan pada penggunaan bahan kimia, tetapi menyediakan kerangka kerja yang umum untuk memastikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, termasuk dalam penggunaan bahan kimia. Berikut ini rincian lebih lanjut tentang standar tersebut:

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSAS) 18001

OHSAS 18001 adalah standar internasional yang memberikan kerangka kerja untuk organisasi dalam implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif. Standar ini mengarahkan organisasi untuk merancang kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yang konsisten dengan prinsip-prinsip dasar perusahaan, termasuk pemenuhan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam konteks bahan kimia, OHSAS 18001 dapat membantu perusahaan dalam merancang dan menerapkan protokol penanganan, penyimpanan, dan pembuangan bahan kimia yang aman.

Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) 14001

ISO 14001

 adalah standar internasional yang menetapkan kerangka kerja untuk sistem manajemen lingkungan. Standar ini mendorong perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan negatif operasional mereka, termasuk dari penggunaan bahan kimia. Standar ini memungkinkan perusahaan untuk secara sistematis menentukan dan mengendalikan dampak lingkungan dari aktivitas mereka, dan untuk mencapai tujuan dan sasaran lingkungan mereka.

American Society for Testing and Materials (ASTM) International

ASTM International adalah organisasi standar internasional yang mengembangkan dan menerbitkan konsensus teknis tentang berbagai bidang, termasuk standar keselamatan dalam penggunaan bahan kimia. ASTM menetapkan standar untuk pengujian, klasifikasi, dan pelabelan bahan kimia, yang dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan penggunaan bahan kimia.

Dengan menerapkan standar sukarela ini, organisasi di Indonesia dapat meningkatkan kepatuhan mereka terhadap regulasi dan hukum yang berlaku, serta lebih efektif dalam melindungi pekerja dan lingkungan dari risiko yang terkait dengan penggunaan bahan kimia.

Protokol Keselamatan Utama dalam Industri Kimia

Dalam industri kimia, penerapan protokol keselamatan yang tepat dapat membantu mencegah insiden berbahaya dan melindungi baik pekerja maupun lingkungan. Berikut ini adalah beberapa protokol keselamatan kunci yang harus diikuti oleh setiap organisasi yang berkecimpung dalam industri kimia:

Pelabelan Bahan Kimia dengan Tepat

Setiap bahan kimia harus dilabeli dengan benar untuk memberikan informasi penting tentang sifat fisik dan kimia, risiko kesehatan dan lingkungan, serta tindakan pencegahan yang perlu diambil saat menangani bahan tersebut. Pelabelan yang tepat sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan atau penanganan yang salah dari bahan kimia.

Penyediaan Lembar Data Keselamatan (SDS) kepada Pekerja

SDS adalah dokumen yang memberikan informasi detail tentang bahan kimia, termasuk identifikasi bahaya, komposisi, langkah-langkah pertolongan pertama, prosedur pemadaman kebakaran, tindakan pengendalian, penanganan dan penyimpanan, serta pertimbangan penanganan limbah. Pekerja harus diberikan akses ke SDS untuk setiap bahan kimia yang mereka gunakan.

Pelatihan Pekerja dalam Keselamatan Bahan Kimia

Pekerja harus menerima pelatihan keselamatan bahan kimia yang memadai. Pelatihan ini harus mencakup identifikasi bahaya, langkah-langkah pencegahan, penggunaan alat pelindung diri (APD), dan prosedur dalam hal keadaan darurat.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pekerja harus menggunakan APD yang sesuai saat menangani bahan kimia. APD dapat mencakup sarung tangan, kacamata pelindung, penutup wajah, sepatu keselamatan, dan pakaian pelindung.

Pengelolaan Tumpahan dan Kebocoran

Protokol khusus harus diterapkan untuk mengelola tumpahan dan kebocoran bahan kimia. Ini dapat mencakup penyerapan tumpahan, penanganan limbah, dan dekontaminasi area yang terkena.

Penyimpanan Bahan Kimia dengan Aman

Bahan kimia harus disimpan di lokasi yang aman, dengan suhu dan kelembaban yang tepat, serta jauh dari sumber panas atau api. Bahan kimia harus disimpan sesuai dengan kompatibilitas mereka untuk mencegah reaksi berbahaya.

Pembuangan Bahan Kimia dengan Cara yang Aman

Bahan kimia harus dibuang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku, serta sesuai dengan instruksi yang diberikan dalam SDS. Pembuangan yang tidak tepat dapat merusak lingkungan dan menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.

Dengan mengikuti standar dan protokol keselamatan ini, organisasi dapat membantu melindungi pekerja dan lingkungan dari risiko yang terkait dengan penggunaan bahan kimia. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap aktivitas yang melibatkan bahan kimia.

Tips Tambahan untuk Penggunaan Bahan Kimia dengan Aman di Indonesia

Untuk memastikan penggunaan bahan kimia yang aman dan bertanggung jawab di Indonesia, berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat diterapkan:

Membaca Lembar Data Keselamatan (SDS)

Untuk setiap bahan kimia yang Anda gunakan, selalu pastikan untuk membaca dan memahami Lembar Data Keselamatan (SDS). Dokumen ini memberikan informasi detail tentang bahaya dan cara penanganan bahan kimia yang aman, serta tindakan yang perlu diambil jika terjadi paparan.

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang Tepat

Selalu gunakan APD yang sesuai saat menangani bahan kimia. APD dapat mencakup sarung tangan, kacamata pelindung, masker atau respirator, dan pakaian pelindung khusus. APD ini bertujuan untuk melindungi Anda dari paparan bahan kimia yang berpotensi berbahaya.

Penyimpanan Bahan Kimia dengan Benar

Mengatur Penggunaan Bahan Kimia
Mengatur Penggunaan Bahan Kimia

Pastikan untuk menyimpan bahan kimia di tempat yang sejuk, kering, dan aman, jauh dari sumber panas dan sinar matahari. Penyimpanan yang tepat dapat mencegah kerusakan bahan dan reaksi kimia yang tidak diinginkan.

Pembuangan Bahan Kimia dengan Benar

Selalu buang bahan kimia dengan cara yang aman dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam SDS. Pembuangan yang tidak tepat dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Kesadaran akan Risiko Paparan Bahan Kimia

Perlu diingat bahwa beberapa bahan kimia bisa berbahaya jika dihirup, ditelan, atau diserap melalui kulit. Oleh karena itu, selalu ikuti protokol keselamatan dan gunakan APD saat menangani bahan kimia.

Melaporkan Tumpahan atau Kebocoran Bahan Kimia

Jika terjadi tumpahan atau kebocoran bahan kimia, laporkan segera kepada pihak yang bertanggung jawab. Jangan coba untuk membersihkannya sendiri kecuali Anda telah dilatih untuk melakukannya.

Mengikuti tips keselamatan ini dapat membantu Anda dan orang lain terhindar dari risiko yang terkait dengan penggunaan bahan kimia di Indonesia. Ingatlah selalu bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam semua aktivitas yang melibatkan bahan kimia.

Jenis Bahan Kimia yang Aman untuk Makanan

Bahan Kimia yang Aman untuk makanan

Jenis Bahan Kimia yang Aman untuk Makanan merupakan topik yang relevan dan penting untuk dipahami dalam industri makanan yang semakin berkembang. Dalam dunia pangan, bahan kimia digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pewarnaan, pemanis, dan pengawetan. Namun, penting bagi konsumen untuk mengetahui jenis bahan kimia yang aman dan sesuai dengan standar keamanan pangan yang berlaku, agar dapat menjaga kesehatan dan keamanan konsumsi makanan sehari-hari.

A. Apa itu Bahan Kimia dalam Makanan?

Bahan kimia dalam makanan adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia tertentu dan digunakan dalam berbagai tahap pengolahan makanan atau ditambahkan sebagai pemanis, pewarna, pengawet, atau bahan tambahan lainnya. Bahan kimia ini bisa berupa senyawa alami maupun sintetis.

B. Peran Bahan Kimia dalam Pengolahan dan Pemanis Makanan

1. Pengolahan Makanan:

Bahan kimia memiliki peran penting dalam proses pengolahan makanan, seperti pengawet untuk meningkatkan daya tahan produk makanan, pengemulsi untuk mencampurkan bahan-bahan yang sebaliknya akan sulit tercampur, serta penstabil dan pengental untuk menciptakan tekstur yang diinginkan pada produk makanan tertentu.

2. Pemanis Makanan:

Bahan kimia juga digunakan sebagai pemanis makanan untuk menambahkan rasa manis pada produk. Penggunaan pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, atau sukralosa telah menjadi umum dalam makanan dan minuman rendah kalori atau tanpa kalori.

Bahan Kimia yang Aman untuk makanan
Pemanis Buatan untuk Makanan yang Dapat Dipercaya

II. Kriteria Keamanan Bahan Kimia untuk Makanan

A. Standar Keamanan Pangan di Indonesia

Di Indonesia, keamanan pangan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan di bawah naungan Kementerian Kesehatan. BPOM bertanggung jawab untuk menetapkan batas maksimum penggunaan bahan kimia tertentu dalam makanan, termasuk bahan tambahan seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Standar ini bertujuan untuk melindungi kesehatan konsumen dan memastikan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam makanan aman untuk dikonsumsi.

B. Evaluasi Risiko dan Batas Konsumsi Bahan Kimia

Sebelum diperbolehkan digunakan dalam makanan, bahan kimia harus melalui evaluasi risiko yang ketat oleh otoritas kesehatan. Evaluasi ini mencakup penentuan dosis aman yang dapat dikonsumsi manusia tanpa menimbulkan efek berbahaya dalam jangka panjang. Setelah dosis aman ditetapkan, batas konsumsi bahan kimia dalam makanan ditentukan untuk memastikan konsumsi yang aman bagi masyarakat.

Penting untuk selalu mengikuti peraturan dan standar yang berlaku terkait penggunaan bahan kimia dalam makanan, serta memastikan bahwa bahan kimia tersebut digunakan dengan tepat dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh badan pengawas kesehatan. Hal ini untuk menjamin bahwa makanan yang dikonsumsi aman bagi kesehatan kita.

III. Jenis Bahan Kimia yang Aman untuk Makanan

A. Pewarna Makanan yang Diperbolehkan

Dalam industri makanan, digunakan pewarna makanan untuk memberikan tampilan visual yang menarik pada produk. Beberapa jenis pewarna makanan yang diperbolehkan dan dianggap aman untuk digunakan adalah:

  1. Tartrazin (E102): Pewarna kuning yang umum digunakan dalam minuman ringan, jeli, permen, dan makanan lainnya.
  2. Allura Red (E129): Pewarna merah yang sering ditemukan dalam minuman, saus, jeli, dan makanan manis lainnya.
  3. Brilliant Blue (E133): Pewarna biru yang digunakan dalam permen, minuman, dan produk makanan tertentu.
  4. Caramel (E150): Pewarna cokelat yang diperoleh dari pemanasan gula dan digunakan dalam makanan seperti kue, saus, dan minuman ringan.
  5. Chlorophyll (E140): Pewarna hijau alami yang ditemukan dalam sayuran dan digunakan dalam beberapa produk makanan.

B. Pemanis Buatan yang Dapat Digunakan

Pemanis buatan adalah bahan kimia yang memberikan rasa manis pada makanan tanpa atau dengan sedikit kalori. Beberapa pemanis buatan yang dianggap aman dan umum digunakan adalah:

  1. Aspartam (E951): Pemanis buatan yang digunakan dalam produk makanan rendah kalori dan tanpa kalori seperti minuman ringan, permen karet, dan produk makanan lainnya.
  2. Sakarin (E954): Pemanis buatan yang digunakan dalam minuman ringan, makanan manis, dan produk kesehatan lainnya.
  3. Sukralosa (E955): Pemanis buatan yang tahan terhadap panas dan digunakan dalam berbagai makanan dan minuman.
  4. Acesulfam K (E950): Pemanis buatan yang tahan terhadap panas dan cocok untuk digunakan dalam produk makanan dan minuman yang dipanaskan.

C. Pengawet yang Aman dan Efektif

Bahan Kimia yang Aman untuk makanan
Pengawet Makanan yang Tepat_ Aman dan Efektif

Pengawet digunakan untuk memperpanjang masa simpan makanan dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan atau keracunan. Beberapa pengawet yang dianggap aman dan efektif dalam makanan adalah:

  1. Asam Benzoat (E210): Digunakan dalam minuman ringan, saus, dan produk makanan lainnya.
  2. Asam Sorbat (E200): Biasa digunakan dalam produk roti, keju, dan makanan olahan lainnya.
  3. Nitrat dan Nitrit: Digunakan dalam produk daging olahan seperti sosis dan daging asap.
  4. Asam Sitrat (E330): Digunakan sebagai pengawet alami pada minuman ringan, makanan kaleng, dan produk makanan lainnya.

IV. Bahan Kimia Alami vs. Bahan Kimia Buatan

A. Perbedaan Antara Bahan Kimia Alami dan Buatan

Bahan Kimia Alami:

  • – Diperoleh dari sumber alam seperti tumbuhan, hewan, atau mineral.
  • – Contohnya adalah vitamin, mineral, asam amino, dan pigmen alami.
  • – Biasanya dianggap lebih aman karena telah ada dan dikonsumsi manusia selama ribuan tahun

Bahan Kimia Buatan:

  •  Disintesis dalam laboratorium melalui proses kimia.
  •  Contohnya adalah pemanis buatan, pewarna sintetis, dan beberapa pengawet.
  •  Memerlukan evaluasi ketat untuk menentukan keamanan sebelum digunakan dalam makanan.

B. Kontroversi Mengenai Penggunaan Bahan Kimia Buatan dalam Makanan

Penggunaan bahan kimia buatan dalam makanan telah menjadi kontroversial karena beberapa alasan:

  1. Keamanan: Meskipun telah ada evaluasi risiko, beberapa orang khawatir tentang potensi efek jangka panjang dari pemanis buatan atau bahan kimia sintetis lainnya.
  2. Reaksi Alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap bahan kimia buatan tertentu.
  3. Preferensi Makanan Alami: Sebagian orang lebih memilih bahan makanan alami dan menghindari bahan kimia buatan dalam pola makan mereka.
  4. Etika dan Lingkungan: Produksi beberapa bahan kimia buatan dapat melibatkan proses yang berdampak pada lingkungan.

V. Dampak Positif dari Bahan Kimia yang Tepat

Bahan Kimia yang aman dalam Makanan
Keamanan Bahan Kimia dalam Makanan_ Panduan Penting

Penggunaan bahan kimia yang tepat dalam makanan dapat memberikan dampak positif, termasuk:

  1. Meningkatkan Keamanan Pangan: Penggunaan pengawet yang aman dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya dan memperpanjang masa simpan makanan, sehingga mengurangi risiko keracunan makanan.
  2. Menambah Nilai Estetika: Pewarna makanan yang diperbolehkan dapat memberikan tampilan yang menarik pada produk makanan, membuatnya lebih menarik dan menggugah selera.
  3. Memberikan Rasa Manis Tanpa Kalori: Pemanis buatan dapat memberikan rasa manis pada makanan tanpa menambahkan kalori berlebih, sehingga membantu dalam pengendalian berat badan dan manajemen diabetes.
  4. Meningkatkan Kualitas Produk: Bahan kimia tertentu, seperti pengemulsi dan pengental, dapat membantu mencapai tekstur dan konsistensi yang diinginkan dalam makanan, meningkatkan kualitas produk.VIII. Menghadapi Mitos seputar Bahan Kimia dalam Makanan

Berikut adalah panduan Sederhana untuk mengonsumsi bahan kimia dalam makanan:

  1. Membaca Label dengan Teliti: Sebelum membeli atau mengonsumsi makanan, periksa label dengan teliti untuk melihat daftar bahan yang digunakan. Pastikan untuk mengenali bahan-bahan tersebut dan hindari produk dengan bahan kimia yang Anda ketahui berpotensi menyebabkan reaksi alergi atau masalah kesehatan lainnya.
  2. Hindari Konsumsi Berlebihan: Mengonsumsi bahan kimia dalam jumlah berlebihan bisa berbahaya bagi kesehatan. Pastikan untuk mengikuti batas konsumsi yang dianjurkan oleh badan pengawas kesehatan.
  3. Konsultasikan dengan Ahli Gizi atau Dokter: Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, sensitivitas, atau mempertimbangkan penggunaan makanan khusus (misalnya diet rendah gula), konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter. Mereka dapat memberikan nasihat yang tepat mengenai pilihan makanan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan Anda.
  4. Prioritaskan Bahan Makanan Alami: Lebih baik memilih makanan yang menggunakan bahan alami daripada bahan kimia buatan, jika memungkinkan. Pilih makanan segar dan minim pengolahan untuk memastikan asupan nutrisi yang lebih baik.
  5. Beragam Jenis Makanan: Usahakan untuk mengonsumsi beragam jenis makanan dengan nutrisi yang seimbang. Dengan begitu, Anda dapat mengurangi paparan berlebihan terhadap satu jenis bahan kimia tertentu.
  6. Waspadai Produk ‘Rendah Kalori’ atau ‘Tanpa Kalori’: Beberapa produk makanan rendah kalori atau tanpa kalori menggunakan pemanis buatan. Jika Anda khawatir tentang efek pemanis buatan pada kesehatan, pertimbangkan untuk mengonsumsi makanan dengan pemanis alami seperti madu, stevia, atau buah-buahan segar.
  7. Kurangi Konsumsi Makanan Olahan: Makanan olahan cenderung mengandung lebih banyak bahan kimia tambahan. Coba kurangi konsumsi makanan olahan dan lebih banyak memasak makanan sendiri dari bahan alami.
  8. Pahami Risiko dan Manfaat: Lakukan penelitian atau konsultasikan dengan ahli untuk memahami risiko dan manfaat penggunaan bahan kimia tertentu dalam makanan. Dengan pemahaman yang baik, Anda dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam memilih makanan.
  9. Jangan Mencampurkan Bahan Kimia Sendiri: Hindari mencampurkan atau menambahkan bahan kimia sendiri ke dalam makanan tanpa pengetahuan yang cukup. Gunakan bahan kimia hanya dalam bentuk dan jumlah yang dianjurkan oleh produsen atau resep yang terpercaya.
  10. Pantau Reaksi Tubuh: Jika Anda mencurigai adanya reaksi negatif terhadap suatu bahan kimia dalam makanan, hentikan konsumsi dan segera konsultasikan dengan tenaga medis.

Kesimpulan

Menemukan bahan kimia yang aman dalam makanan sangat penting untuk menjaga kesehatan kita. Beberapa bahan kimia seperti pewarna, pemanis, dan pengawet memainkan peran penting dalam industri makanan. Namun, kita perlu memahami kriteria keamanan dan cara membedakan bahan kimia yang aman dan berbahaya. Berhati-hatilah dalam memilih makanan dan selalu konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter jika memiliki kekhawatiran.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa perbedaan antara bahan kimia alami dan buatan dalam makanan?

Perbedaan antara bahan kimia alami dan buatan dalam makanan adalah sebagai berikut:

Bahan Kimia Alami:

  1. Sumber: Bahan kimia alami berasal dari sumber alam, seperti tumbuhan, hewan, atau mineral. Mereka ada secara alami dalam lingkungan kita.
  2. Proses: Bahan kimia alami tidak melalui proses sintesis manusia, melainkan ada secara alami dalam bahan-bahan makanan.
  3. Contoh: Contoh bahan kimia alami dalam makanan termasuk vitamin, mineral, asam amino, dan pigmen alami yang memberikan warna pada makanan.

Bahan Kimia Buatan:

  1. Sumber: Bahan kimia buatan dibuat melalui proses sintesis manusia di laboratorium dengan mengkombinasikan zat-zat kimia.
  2. Proses: Bahan kimia buatan tidak ada secara alami dalam lingkungan. Mereka harus diciptakan oleh manusia melalui reaksi kimia tertentu.
  3. Contoh: Contoh bahan kimia buatan dalam makanan adalah pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, atau sukralosa, serta pewarna sintetis seperti tartrazin atau allura red.

Perbedaan ini penting karena bahan kimia alami sering kali dianggap lebih aman karena telah ada dan dikonsumsi manusia selama ribuan tahun. Di sisi lain, bahan kimia buatan harus melalui evaluasi ketat untuk menentukan keamanan dan dosis aman sebelum digunakan dalam makanan. Oleh karena itu, perbedaan ini harus dipahami untuk memastikan konsumsi makanan yang aman dan sehat.